in

Belajar dengan Cak Edi, Dosen Unik yang Mengajarkan Mengolah Otak dan Hati

Belajar merupakan usaha untuk merubah tingkah laku, dari negatif ke positif, seperti dari tidak tahu menjadi tahu. Perubahan tingkah laku ini diperoleh dari kegiatan belajar. 

Belajar (menuntut ilmu) juga merupakan kewajiban setiap muslim. Seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah S.A.W “طلب العم فريضة على كل مسلم ومسلمة”, yang artinya “menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah”. Sebelum belajar kita harus bisa memilih guru agar tidak tersesat saat perjalan belajar.

Guru (termasuk Dosen) adalah orang yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap pendidikan, jasmani dan rohani murid (termasuk mahasiswa) agar murid mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia bisa menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya baik sebagai khalifah fil-ard dan ‘abd. Dalam Al-Qur’an surah Al-‘alaq ayat 4 dan 5 dijelaskan mengenai definisi guru,الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5) yang artinya “yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Guru sendiri dalam akronim jawa berasal dari kata “digugu lan ditiru”  yang berarti orang yang dipercaya dan dianut. Bukan hanya menjarkan mata pelajaran yang diajarkannya, melainkan lebih dari itu juga mendidik moral, etika, integritas, dan karakter.

Cak Edi Purwanto, dosen unik, asyik dan nyentrik yang  lebih nyaman dipanggil Cak daripada Pak. Beliau adalah dosen berjiwa guru dengan kemasan modern. Beliau adalah dosen mata kuliah Pancasila saya semester 1 dan 2. Beliau selalu mempunyai cara yang unik untuk memberikan pundi-pundi ilmu kepada kami. 

Pertama beliau masuk kelas kami, beliau ngeprank kami dengan menyamar sebagai asdos (asisten dosen). Beliau mengaku sebagai bapak Hadi dan mengatakan bahwa pak Edi sedang bertugas di luar kota. Prank beliau hampir berhasil, namun saya berhasil menggagalkannya. 

Singkat kata awal kita ketemu pada matkul pertama beliau di kelas. Waktu matkul (mata kuliah) beliau berjalan, saya tak sengaja membuat status WhatsApp dan dibalas oleh teman saya yang berbeda kelas, “awas diprank”. Saya bingung dengan maksud ‘prank’ oleh teman saya,”prank apaan?” Jawab saya. “Beliau itu dosen asli yang nyamar jadi asdos”. Saya pun mulai sadar dan akhirnya chat saya dengan teman saya yang berbeda kelas itu saya screenshot dan saya kirim ke grup kelas. Sontak teman-teman pada curiga kepada beliau. 

Waktu sesi terakhir pertemuan pertama kuliah, beliau memberikan sesi pertanyaan. Dan pada sesi itu pula saya dan teman-teman bertanya siapakah sebenarnya beliau itu. Beliau masih tetap tidak mau mengaku. Hingga akhirnya beliau mengaku bahwa beliau adalah pak Edi yang sedang menyamar menjadi pak Hadi. Dalam pengakuannya, beliau mengatakan bahwa penyamarannya bertujuan agar dapat mengenal lebih dalam tentang teman-teman di kelas, mengenal sifat teman-teman dan karakter teman-teman. Suatu kebanggaan tersendiri dapat menggagalkan prank dari dosen, hehe.

Sistem pembelajaran yang unik membuat beliau banyak digemari oleh para mahasiswa. Ketika awal masuk semester 2, beliau tidak mengajar sesuai dengan kurikulum, melainkan bertanya kepada kami apakah yang ingin kami pelajari pada semester ini.

Ada yang mau membuat film, ada yang mau menulis buku, ada juga yang mau presentasi dengan tema yang ditentukan oleh mahasiswa sendiri. Suatu hal yang tentunya sangat asyik karena bisa memilih tema pembelajaran sendiri. Dan kebetulan saya memilih presentasi tentang ekonomi pancasila karena saya ingin tahu lebih dalam tentang tema tersebut dan ingin tahu sejauh mana pengimplementasian ekonomi pancasila di negeri tercinta ini.

Tugas-tugas beliau pun juga unik-unik. Beliau menyuruh kami untuk memberi pesan kepada presiden dan wakil presiden terpilih dengan membuat video berupa puisi, lagu, dan lain sebagainya. Tugas itu diunggah di media sosial YouTube, Instagram, dan Twitter dengan mengetag bapak presiden, wakil presiden, dan DPR dengan tujuan memberikan pembelajaran menyuarakan aspirasi. Hingga salah satu teman saya ada yang membuat cover lagu dan ketika diupload di Twitter mendapatkan like lebih dari 30.000 like. Suatu hal yang wowbukan.

Rekomendasi

PAN Kritik Usul PDIP Ubah RUU HIP Jadi RUU PIP, “Harus Dihentikan!”

Takut Bawa COVID-19, Pemerintah Indonesia “Usir” Pengungsi Rohingya