Jangan Sampai Surabaya Menjadi Wuhan

14

Surabaya Raya yang terdiri dari Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik disebut menjadi episentrum penyebaran virus corona atau covid-19 di Jatim. Bila tak hati-hati dalam menangani pandemi tersebut, maka Surabaya di sebut bakal menjadi Wuhan, kota di China yang pertama kali ditemukan mewabah covid-19.

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, dokter Joni Wahyuhadi mengatakan, 64 persen lebih kasus covid-19 disebutnya ada di Surabaya Raya. Data ini menunjukkan, jika dalam penanganan kasus di Surabaya Raya tidak hati-hati, maka sangat berpotensi menjadi seperti di Kota Wuhan China.

Ia menyebut, berdasarkan perhitungan ahli epidemologi, transmision rate di Surabaya cukup tinggi yakni 1,6. Hal itu berarti, jika ada 10 orang yang positif Covid-19, maka dalam waktu satu minggu dapat menular menjadi 16 orang.

“Kalau tidak hati-hati menangani covid-19, maka Surabaya bisa menjadi Wuhan. Saat ini kalau epidemologi dihitung oleh para ahli transmission rate di Surabaya 1,6, artinya ada 10 orang (positif corona), dalam waktu satu minggu jadi 16 orang. Ini luar biasa penularannya di Surabaya,” tegasnya.

Terkait dengan hal itu, saat ini ada 3 kebijakan yang tengah dijalankan oleh pihaknya. Yaitu, melakukan tes, tracking dan treatment.

“Tes masif sedang kita jalankan, kita dibantu oleh tim gugus tugas pusat. Ada dua mobil PCR, yang kita sebar ke rumah sakit untuk melakukan tes PCR secara langsung,” katanya.

Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit dr Soetomo ini menambahkan, tingkat kematian akibat virus corona ini cukup tinggi, hingga mencapai 10 persen lebih. Untuk itu, secara konseptual pihaknya tengah membagi rumah sakit berdasarkan kondisi klinis pasien.

“Ini kan sedang kita persiapkan rumah sakit darurat, yang nantinya dapat menampung pasien dengan klinis ringan. Sedangkan seperti RSU dr Soetomo atau RS Unair nanti dapat digunakan untuk pasien dengan klinis sedang hingga berat. Kita sampaikan konsep itu ke Kemenkes, dan mereka setuju,” tegasnya.

Terkait dengan fasilitas rumah sakit seperti ventilator, dokter Joni menyebut, hingga saat ini banyak sekali sumbangan yang telah diberikan. Untuk itu, dirinya pun mengkoordinasikan hal ini ke rumah sakit rujukan, dengan mengkomunikasikan terlebih dulu apakah rumah sakit tersebut dapat mengoperasikan ventilator baru tersebut.

“Banyak donatur, dan sudah dibagikan ke rumah sakit. Karena ventilatornya baru, maka kita kontak dulu rumah sakitnya bisa atau tidak mengoperasionalkan ini. Kalau tidak nanti kita kirim ahlinya,” ungkapnya.

Ia menyebut, berdasarkan data di rumah sakit yang dipimpinnya, 69,2 persen pasien yang masuk ventilator, meninggal dunia, demikian juga di Jakarta, 70 persen meninggal dunia.

“Ventilator itu hati-hati. Data kita menunjukkan, di (RS) Soetomo 69,2 persen yang masuk ventilator meninggal. Di Jakarta kira-kira 70 persen, di Wuhan, 80 persen,” jelasnya.

Untuk itu, ia mengaku saat ini pihaknya tengah melakukan clinical research, seperti penggunaan obat-obatan tertentu. Termasuk diantaranya melakukan clinical trial.

“Kita lakukan clinical research seperti penggunaan Avigan, atau pemakaian aspirin. Semuanya kita coba sesuai dengan kaidah tertentu,” pungkasnya.1 dari 1 halaman

Reaksi Pemkot Surabaya

Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya M Fikser, mengatakan, saat ini Pemkot Surabaya tengah berjuang keras untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Jika dalam prosesnya memang terjadi penambahan kasus, itu lantaran pemkot menggelar rapid test dan swab secara masif dan massal di level bawah.

“Tentunya itu mempengaruhi hasil. Ya kita berusaha untuk tidak terjadi seperti di Wuhan. Siapa yang menginginkan itu. Saya yakin yang menyampaikan juga tidak menginginkan seperti itu,” katanya.

Fikser menjelaskan, sedari awal Pemkot Surabaya membuka diri dan menerima bantuan serta dukungan dari semua pihak. Ia pun berterima kasih atas bantuan dari pemerintah pusat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Intelijen Negara (BIN) yang bersedia memberikan bantuan untuk meminjamkan mobil laboratorium agar persoalan ini dapat segera teratasi.

“Kita terbuka selama ini menerima dukungan semua pihak. Kita berharap yang menyampaikan itu bisa bergabung di gugus tugas Surabaya. Untuk sama-sama kita melakukan penanganan itu,” tegasnya.

Kepala Dinas Kominfo ini juga menyampaikan, sekitar 22 ribu lebih rapid test sudah dilakukan di berbagai wilayah di Kota Pahlawan. Dari angka itu, warga yang hasil rapidnya reaktif langsung dilakukan isolasi di hotel dan dipisahkan dengan anggota keluarganya sembari melakukan test swab sampai hasilnya keluar.

“Jika positif tapi kondisinya baik, maka kami rawat di Asrama Haji Sukolilo. Tetapi jika kondisi pasien mengalami keluhan maka kami rawat di rumah sakit,” urainya.

Fikser pun menegaskan bahwa pemerintah kota juga menambah kapasitas ruangan di dua rumah sakit milik pemkot. Yakni RSUD dr Sowandhie berjumlah 40 dan RS Bhakti Darma Husada (BDH) sebanyak 100 orang. “Ada juga RS Husada Utama dan RS Siloam yang siap menampung. Tentu kami sampaikan terima kasih,” paparnya. [eko]

Sumber : merdeka.com

Apa pendapatmu?

Promot Content

Simak Juga
close