Fadli Zon Protes: Pak Jokowi Jangan Plin-plan

201

Hingga saat ini, pemerintah masih belum tegas melarang masyarakat mudik. Padahal, banyak pihak menilai, mudik berpotensi menyebarkan virus Covid-19 sampai pelosok.

Melalui akun Twitter pribadinya, Presiden Jokowi hanya mengeluarkan imbauan saja, bukan larangan tegas.

Dalam cuitannya, Jokowi menggunggah gambar komik kartun yang intinya merupakan imbauan agar tidak mudik.

“Tak mudik bukan karena tak rindu. Tapi karena sayang pada ayah dan ibu,” cuit @jokowi.

Cuitan itu lantas dibalas politisi Partai Gerindra Fadli Zon yang memintanya membuat keputusan tegas.

Menurut Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu, imbaun tidak akan bisa mencegah masyarakat tidak mudik.

Apalagi, imbauan itu hanya berbentuk gambar komik kartun.

“Pak @jokowi, saran saya mudik dilarang saja, risiko terlalu besar,” cuit Fadli Zon melalui akun Twitter pribadinya, Minggu (19/4/2020).

Sebaliknya, anak buah Prabowo Subianto itu meminta Jokowi agar memiliki sikap yang tegas. Bukan plin-plan.

“Jangan plinplan. Jelaslah dan tegas,” sambungnya.

Bahkan, mantan Wakil Ketua DPR RI ini menyebut bahwa sejatinya larangan tegas tak mudik pun sudah terlambat.

“Inipun sudah terlambat, jangan tunda lagi. Jangan diimbau doang apalagi pakai gimik komik,” katanya.

Like Facebook Kami

“MUI saja cukup tegas soal mudik ini,” tuturnya melalui akun @fadlizon.

Sebelumnya, sebuah pemodelan disusun Iwan Ariawan, Pandu Riono, Muhammad N Farid, dan Hafizah Jusril dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Permodelan itu menunjukkan prediksi jumlah kasus yang akan dihadapi oleh Indonesia jika masyarakat bersikeras untuk mudik.

Pemodelan dengan tajuk “Apa yang terjadi jika mudik?” itu dirilis pada Minggu (12/4).

Dari data yang diterima jika warga Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi melakukan tradisi mudik, maka jumlah infeksi di tanah air bisa mencapai satu juta jiwa.

Semua itu bermula dari perhitungan terjadinya per Maret di mana terjadi penambahan jumlah kasus per hari di Pulau Jawa selain Jakarta pada periode 26 Maret hingga 10 April 2020 sekitar dua kali lebih besar dibanding 17 hingga 26 Maret.

Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan, ada 14,9 juta orang atau 44,1 persen dari jumlah penduduk Jabodetabek yang melakukan mudik Lebaran 2019.

Sementara itu, untuk tahun ini diprediksi ada 56 persen warga Jabodetabek yang tidak mudik, 37 persen masih mempertimbangkan, dan 7 persen telah mudik.

Jika mengambil angka model,diasumsikan sebanyak 20 persen penduduk Jabodetabek melakukan mudik ke provinsi lain di Pulau Jawa.

Dari asumsi tersebut, muncul estimasi kumulatif kasus Covid-19 di Pulau Jawa dengan atau tanpa mudik.

Jika 20 persen penduduk Jabodetabek melakukan mudik ke Jawa selama rata-rata 7 hari, maka terjadi penambahan kasus hingga melebihi angka satu juta kasus pada 1 Juli.

“Kenaikan signifikan kasus yang perlu dirawat di rumah sakit (terjadi) pada minggu ke-2 bulan puasa dengan puncak saat lebaran,” tulis tim penyusun di samping sebuah grafik.

Grafik tersebut menunjukkan, jika penduduk Jabodetabek mudik, maka lebih dari 40 ribu kasus memerlukan perawatan intensif pada 24 Mei atau 1 Syawal 1441 H.

You might also like